Saturday, August 30, 2008

MEMPERSIAPKAN DIRI MENYAMBUT RAMADHAN

Beberapa hari lagi kita semua akan memasuki bulan Ramadhan. Ramadhan merupakan tamu agung yang senantiasa kita harapkan kedatangannya. Karena itu, tentu kita dari awal lagi mempersiapkan diri untuk menyambutnya.
Sudah kita ketahui bersama, bahwa manusia tidak akan melaksanakan sesuatu dengan baik kecuali jika ia mempersiapkan diri dengan baik pula. Begitupun agar kita mampu melaksanakan semua amalan di bulan Ramadhan; sangat penting kita mempersiapkan diri untuk itu. Keberhasilan kita pada bulan Ramadhan akan dipengaruhi sejauh mana kita mempersiapkan diri untuk menyambutnya.
Rasul saw. dan para Sahabat sangat bersemangat menyambut datangnya bulan Ramadhan. Mereka sangat serius mempersiapkan diri agar bole memasuki bulan Ramadhan dan melakukan segala amalan di dalamnya dengan penuh keimanan, keikhlasan, semangat, giat dan tidak merasakannya sebagai beban.
Berbagai persiapan dilakukan untuk menyambut Ramadhan, tamu yang istimewa ini. Persiapan penting yang harus kita lakukan adalah persiapan mental dan ilmu. Mempersiapkan diri secara mental tidak lain adalah mempersiapkan ruhiah kita serta membangkitkan suasana keimanan dan memupuk spirit ketakwaan kita. Cara paling berkesan adalah dengan memperbanyak amal ibadah. Dalam hal ini, Rasulullah saw. telah memberikan contoh kepada kita semua. Nabi saw. memperbanyak puasa pada bulan Sya’ban. Ummul Mukminin Aisyah ra. menuturkan:
«مَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إِلاَّ رَمَضَانَ وَمَا رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِي شَعْبَانَ»
Aku tidak melihat Rasulullah berpuasa sebulan penuh kecuali Ramadhan dan aku tidak melihat Beliau lebih banyak berpuasa dibandingkan dengan pada bulan Sya’ban (HR al-Bukhari dan Muslim).
Bahkan Rasulullah saw. menyambung puasa pada bulan Sya’ban itu dengan puasa Ramadhan. Ummul Mukminin Aisyah ra. menuturkan:
«كَانَ أَحَبَّ الشُّهُورِ إِلَى رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم أَنْ يَصُوْمَهُ شَعْبَانُ ثُمَّ يَصِلُهُ بِرَمَضَانَ»
Bulan yang paling Rasul saw. sukai untuk berpuasa di dalamnya adalah Sya’ban, kemudian Beliau menyambungnya dengan (puasa) Ramadhan. (HR Abu Dawud, an-Nasa’i dan Ahmad).
Beberapa hadis di atas menjelaskan bahwa Rasulullah saw. banyak berpuasa pada bulan Sya’ban. Puasa pada bulan Sya’ban itu demikian penting dan memiliki keutamaan yang besar daripada puasa pada bulan lainnya, tentu selain bulan Ramadhan. Sedemikian penting dan utamanya sampai ‘Imran bin Hushain menuturkan, bahwa Rasul saw. pernah bertanya kepada seorang Sahabat:
«هَلْ صُمْتَ مِنْ سُرَرِ هَذَا الشَّهْرِ شَيْئًا يَعْنِيْ شَعْبَانَ قَالَ لاَ فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم فَإِذَا أَفْطَرْتَ مِنْ رَمَضَانَ فَصُمْ يَوْمَيْنِ مَكَانَهُ»
“Apakah engkau berpuasa pada akhir bulan ini (yakni Sya’ban)?” Laki-laki itu menjawab, “Tidak.” Lalu Rasulullah saw. bersabda kepadanya, “Jika engkau telah selesai menunaikan puasa Ramadhan, maka berpuasalah dua hari sebagai gantinya.” (HR Muslim).
Hadis di atas menunjukkan dengan jelas keutamaan puasa sunnah pada bulan Sya’ban. Lalu apa hikmah dari puasa pada bulan Sya’ban itu?
Usamah bin Zaid pernah bertanya kepada Rasulullah saw.:
«يَا رَسُول اللهِ، لَمْ أَرَكَ تَصُوْمُ مِنْ شَهْر مِنْ الشُّهُور مَا تَصُوم مِنْ شَعْبَان، قَالَ : ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفَلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَان، وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الأَعْمَالُ إِلَى رَبّ الْعَالَمِينَ ، فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ»
“Ya Rasulullah, aku tidak melihat engkau berpuasa pada bulan-bulan lain seperti engkau berpuasa pada bulan Sya’ban.” Rasul menjawab, “Bulan itu (Sya’ban) adalah bulan yang dilupakan oleh manusia, yaitu bulan di antara bulan Rajab dan Ramadhan. Bulan itu adalah bulan diangkatnya amal-amal manusia kepada Tuhan semesta alam. Aku suka amal-amalku diangkat, sementara aku sedang berpuasa.” (HR Abu Dawud dan an-Nasa’i; disahihkan oleh Ibn Khuzaimah).
Rasul saw. juga memposisikan puasa pada bulan Sya’ban itu sebagai persiapan untuk menjalani Ramadhan. Anas ra. menuturkan bahwa Nabi saw. pernah ditanya:
«أَيُّ الصَّوْمِ أَفْضَلُ بَعْدَ رَمَضَانَ فَقَالَ شَعْبَانُ لِتَعْظِيمِ رَمَضَانَ»
“Puasa manakah yang paling afdhal setelah puasa Ramadhan?” Rasul menjawab, “Puasa Sya’ban untuk mengagungkan Ramadhan.” (HR at-Tirmidzi).
Walhasil, puasa Sya’ban, di samping akan mendapatkan pahala yang besar dan keutamaan di sisi Allah, juga merupakan sarana latihan guna menyongsong datangnya Ramadhan. Al-Hafizh Ibn Rajab mengatakan, “Dikatakan tentang puasa pada bulan Sya’ban, bahwa puasa seseorang pada bulan itu merupakan latihan untuk menjalani puasa Ramadhan. Hal itu agar ia memasuki puasa Ramadhan tidak dengan berat dan beban. Sebaliknya, dengan puasa Sya’ban, ia telah terlatih dan terbiasa melakukan puasa. Dengan puasa Sya’ban sebelumnya, ia telah menemukan lazat dan nikmatnya berpuasa. Dengan begitu, ia akan memasuki puasa Ramadhan dengan kuat, giat dan semangat.”
Para ulama salaf dulu sangat memperhatikan pelaksanaan semua amalan-amalan kebaikan pada bulan Sya’ban. Mereka, sejak memasuki bulan Sya’ban, telah memperbanyak membaca al-Quran, menelaah dan memahami isinya dan men-tadabbur-i kandungannya. Bahkan Habib ibn Abi Tsabit, Salamah bin Kahil dan yang lain menyebut bulan Sya’ban ini sebagai Syahr al-Qurâ.

Wahai kaum Muslim
:
Marilah kita gunakan bulan Sya’ban ini untuk muhasabah diri; sejauh mana kita telah bertindak dan bermuamalah sesuai dengan syariah yang telah Allah turunkan. Sudahkah kita pada bulan ini bergegas mempersiapkan diri guna menyambut datangnya Ramadhan yang sebentar lagi akan tiba? Ataukah kita malah termasuk orang yang melupakan bulan penting ini sebagaimana yang disinggung oleh Rasul saw. dalam hadis di atas?
Saatnyalah kita segera mempersiapkan diri sendiri, keluarga dan orang-orang yang ada di sekitar kita guna menyongsong datangnya Ramadhan. Caranya adalah dengan memperbanyak puasa serta membaca al-Quran sekaligus menelaah, memahami dan men-tadabbur-i kandungannya. Kita juga harus giat melakukan shalat malam serta memperbanyak sedekah dan amalan-amalan kebaikan lainnya. Agar kita nanti mampu menjalani Ramadhan dengan penuh makna, hendaknya kita pun menyiapkan program-program amal kebaikan yang akan kita lakukan selama bulan Ramadhan.
Lebih dari itu, bulan Ramadhan adalah bulan ketaatan; di dalamnya setiap Muslim dituntut untuk mengikatkan diri dengan seluruh syariah-Nya. Bulan Ramadhan adalah bulan murâqabah. Sebab, shaum (puasa) yang dilakukan di dalamnya mengajari setiap Muslim untuk senantiasa merasa diawasi Allah. Ramadhan juga adalah bulan pengorbanan di jalan Allah. Di dalamnya setiap Muslim dituntut untuk berkorban dengan menahan rasa lapar dan haus demi meraih darjat ketakwaan kepada-Nya. Takwa adalah puncak pencapaian ibadah shaum pada bulan Ramadhan. Perwujudan takwa secara individu tidak lain adalah dengan melaksanakan semua perintah Allah dan menjauhi semua larangan-Nya. Adapun perwujudan takwa secara kolektif adalah dengan menerapkan syariah Islam secara total dalam seluruh aspek kehidupan oleh seluruh kaum Muslim. Shaum Ramadhan tentu akan kurang bermakna jika tiada kesinambungan oleh pelaksanaan syariah secara total dalam kehidupan, karena itulah wujud ketakwaan yang hakiki.
Terakhir, guna menambah kerinduan dan semangat kita mempersiapkan diri menyongsong Ramadhan, hendaklah kita mengingat dan merenungkan kembali pesan-pesan Rasul saw. yang pernah Beliau sampaikan pada akhir bulan Sya’ban. Salman al-Farisi menuturkan, bahwa Rasulullah saw. pernah berkhutbah pada akhir bulan Syaban demikian:
Wahai manusia, kalian telah dinaungi bulan yang agung, bulan penuh berkah, bulan yang di dalamnya terdapat satu malam yang lebih baik daripada seribu bulan. Allah telah menjadikan puasa pada bulan itu sebagai suatu kewajiban dan shalat malamnya sebagai sunnah. Siapa saja yang ber-taqarrub di dalamnya dengan sebuah kebajikan, ia seperti melaksanakan kewajiban pada bulan yang lain. Siapa saja yang melaksanakan satu kewajiban di dalamnya, ia seperti melaksanakan 70 kewajiban pada bulan lainnya.
Bulan Ramadhan adalah bulan sabar; sabar pahalanya adalah surga. Ia juga bulan penglibur lara dan ditambahnya rezeki seorang Mukmin. Siapa saja yang memberikan makanan untuk berbuka kepada orang yang berpuasa, ia akan diampuni dosa-dosanya dan dibebaskan lehernya dari api neraka. Ia akan mendapatkan pahala orang itu tanpa mengurangi pahalanya sedikit pun.
Para Sahabat berkata, “Kami tidak memiliki sesuatu untuk memberi makan orang yang berpuasa puasa?”
Rasulullah saw. menjawab:
Allah akan memberikan pahala kepada orang yang memberi makan untuk orang yang berbuka berpuasa meski dia hanya memberi sebutir kurma, seteguk air minum atau setelapak susu.
Ramadhan adalah bulan yang awalnya adalah rahmah, pertengahannya adalah maghfirah dan akhirnya adalah pembebasan dari api neraka. Siapa saja yang meringankan hamba sahayanya, Allah akan mengampuninya dan membebaskannya dari api neraka. Perbanyaklah pada dalam Ramadhan empat perkara, dua perkara yang Tuhan ridhai dan dua perkara yang kalian perlukan. Dua perkara yang Tuhan ridhai adalah kesaksian Lâ ilâha illâ Allâh Muhammad Rasûlullâh dan permohonan ampunan kalian kepada-Nya. Adapun dua perkara yang kalian butuhkan adalah: kalian meminta kepada Allah surga dan berlindung kepada-Nya dari api neraka. (HR Ibn Khuzaimah dalam Shahih Ibn Khuzaimah dan al-Baihaqi di dalam Syu’âb al-Imân).
Wallâhu a‘lam bi ash-shawâb. []

AGAR AMAL RAMADHAN TERUS TERJAGA

Orang yang memahami indahnya bulan Ramadhan tentu akan merasa sangat gembira ketika bulan yang penuh berkah itu tiba dan akan sangat sedih ketika berakhir.
Di sepanjang bulan Ramadhan umat Islam cenderung bersemangat melakukan kebaikan. Selain puasa, mereka juga menjalankan kegiatan ibadah lainnya seperti bersedekah, tadarus al-Quran, iktikaf dan lainnya. Masjid-masjid penuh. Kajian-kajian Islam dilaksanakan di mana-mana. Hal ini karena memang Allah Swt. menjanjikan pahala yang berlipat selama bulan Ramadhan. Dalam bulan Ramadhan, Allah yang Maha Pemurah menjadi lebih pemurah lagi.
Salah satu keistimewaan bulan Ramadhan adalah Allah Swt. membuka peluang lebar-lebar bagi kita untuk membersihkan dosa dan kesalahan yang selama ini dilakukan. Syaratnya, kita melaksanakan puasa Ramadhan dengan landasan iman dan ikhlas serta tidak melakukan dosa-dosa besar. Tentang hal ini, Nabi saw. Menyatakan:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Siapa saja yang berpuasa pada bulan Ramadhan dengan landasan iman dan ikhlas, diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. (HR Ahmad).
Bulan Ramadhan disebut juga bulan riyâdhah. Selama sebulan ini umat Islam terus-menerus ditempa jiwa dan karakternya untuk menjadi peribadi yang mulia, yakni peribadi yang memiliki kemahuan untuk taat dan optimisme hidup, karena senantiasa dalam ampunan Allah dan juga sesungguhnya kemahuan untuk meraih kejayaan. Agar suasana Ramadhan tetap terjaga tidak berlalu begitu saja, maka suasana dan semangat ibadah harus terus dipelihara. Aktiviti yang boleh dilakukan selepas Ramadhan bersama keluarga, agar semangat ibadah dan suasana Ramadahn tetap terjaga, antara lain adalah:
  • 1. Membiasakan shalat berjamaah di masjid.
Selama bulan Ramadhan hampir setiap masjid dipenuhi dengan jamaah. Apalagi pada awal bulan Ramadhan. Tidak hanya shalat tarawih, tetapi juga shalat wajib lima waktu. Kajian keagamaan juga diselenggarakan saat istirahat siang yang di luar bulan Ramadhan biasanya digunakan untuk istirahat dan makan siang. Selepas Ramadhan suasana seperti ini seharusnya harus terus dijaga, bukan ditinggalkan tetapi semakin perlu ditingkatkan. Masjid menjadi tempat yang sangat baik untuk anak belajar mengenal banyak hal tentang hidup bermasyarakat. Di antaranya adalah tatacara untuk memasuki masjid, adab duduk di masjid, menjaga kebersihan masjid, tenang di dalamnya serta khusyuk dalam melaksanakan shalat. Seringnya anak ke masjid akan mendorong hatinya untuk menyatu dan terpaut dengan masjid.

  • 2. Membiasakan puasa sunat Isnin - Khamis.
Puasa adalah ibadah terpenting selama bulan Ramadhan yang tidak boleh ditinggalkan kecuali ada uzur syar‘i. Sebulan berpuasa rasanya cukup untuk melatih diri sekaligus menjaga kesihatan. Dilihat dari sudut keishatan, ternyata tubuh kita juga perlukan istirehat. Ternyata banyak penyakit yang berkembang saat ini banyak disebabkan karena pola atau perilaku makan yang tidak sihat dan seimbang. Selepas Ramadhan, akan sangat bagus jika dilanjutkan dengan puasa 6 hari pada bulan Syawal, kemudian dirangkai dengan puasa sunat Isnin-Khamis.

  • 3. Membiasakan solat malam.
Solat sunat yang selama bulan Ramadhan dijalankan penuh dengan terawih di masjid, sejatinya cukup untuk melatih di hari berikutnya dengan solat tahajud. Apakah mungkin melatih anak-anak untuk bangun di tengah malam solat tahajud? Mengapa tidak. Sesungguhnya melatih anak-anak untuk menghidupkan sebagian malam dengan solat tahajud adalah sangat baik. Apalagi setelah puasa berlalu anak-anak sudah terbiasa bangun untuk makan sahur. Para ulama memandang bahwa solat malam dapat membantu seseorang dalam memikul tugas-tugasnya yang berat, mempersiapkan berkorban, melatih kesabaran, konsisten dan menumbuhkan sikap istiqamah dalam berdakwah. Untuk memotivasi anak agar mudah bangun pada malam hari untuk solat, ceritakan kepada mereka pahala solat ketika orang lain sedang tidur. Jelaskan tentang keutamaan menghidupkan malam sebagai pengabdian dan ketaatan kepada Allah Swt.

  • 4. Membiasakan bersedekah.
Bulan Ramadhan biasanya dijadikan juga sebagai bulan untuk banyak bersedekah, baik melalui infak ataupun zakat (fitrah dan mal). Sesungguhnya kebiasaan ini harus terus dijaga karena orang yang memerlukan huluran tangan tidak hanya pada bulan Ramadhan. Bersedekah merupakan pemberian dari seorang Muslim secara sukarela dan ikhlas tanpa dibatasi waktu dan jumlah. Dari segi bentuknya, sedekah sesungguhnya tidak dibatasi pemberian dalam bentuk wang, tetapi sejumlah amal kebaikan yang dilakukan seorang Muslim. Bersedekah pada bulan Ramadhan mempunyai nilai pahala yang sangat tinggi. Kata Nabi saw. (yang artinya): Seutama-utama sedekah adalah sedekah di bulan Ramadhan. (HR at-Tirmidzi).
Bersedekah, selain merupakan cabang ibadah, juga boleh digunakan untuk melatih sikap simpati anak pada orang lain. Simpati bererti menempatkan diri seolah-olah menjadi seperti orang lain. Rasa simpati pada anak harus diasah. Banyak segi positif jika kita mengajari anak bersimpati. Mereka tidak akan agresif; mereka akan senang membantu orang lain. Rasulullah pun sangat menekankan pentingnya mengembangkan sikap simpati ini. Gambaran orang-orang beriman dalam hal saling mencintai, saling mengasihi, dan saling bersimpati di antara sesama mereka adalah laksana satu tubuh; jika ada sebagian dari anggota tubuh yang sakit maka seluruh anggota tubuh akan ikut merasakan sakit.
Melatih anak bersimpati bisa dimulai sejak anak usia 2 tahun, saat mereka sudah mampu berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain. Biasanya dari hal-hal yang sederhana. Contoh, ketika anak sedang makan dan di sampingnya ada orang, maka ajarilah anak untuk menawarkan makanannya. Dengan begitu anak terbiasa berkongsi makanan dan peduli pada orang lain. Agar anak-anak gemar bersedekah sebagai wujud rasa simpatinya kepada orang lain, anak dapat dimotivasi melalui hadis dan ayat-ayat yang berbicara tentang sedekah, cerita-cerita sahabat Rasulullah yang gemar menafkahkan hartanya, atau dengan memberikan contoh langsung kepada mereka.

  • 5. Membiasakan bertadarrus al-Quran.
Selain puasa, tadarus al-Quran juga merupakan ibadah yang rutin dilaksanakan sepanjang bulan Ramadhan. Bahkan akhir Ramadhan biasanya dijadikan sebagai waktu untuk khatam al-Quran. Kalau pada bulan Ramadhan sehari bisa bertadarus sebanyak 1 juz, mestinya begitu juga setelah Ramadhan. Semangat mengkhatamkan al-Quran selama 1 bulan sudah semestinya harus dijaga. Lakukan bersama anak-anak yang sudah lancar membaca. Sertai juga dengan mengkajinya beberapa ayat agar terjadi peningkatan pemahaman. Betapa Islam memberikan penghargaan yang luar biasa untuk orang yang belajar al-Quran.
Kepada anak, bimbing dan doronglah agar terbiasa membaca al-Quran setiap hari walau cuma beberapa ayat. Ibubapa perlu menjadi contoh. Jadikanlah membaca al-Quran, utamanya di pagi hari usai shalat subuh atau usai shalat maghrib, sebagai kegiatan rutin dalam keluarga. Kepada anak-anak yang belum bisa membaca, ajaklah untuk bersama-sama mendengarkan abang dan kakak yang sedang membaca al-Quran. Orangtua wajib mengajarkan kaedah-kaedah dan adab membaca al-Quran. Alangkah baiknya membaca al-Quran ini dilakukan secara bersama-sama oleh anak-anak di bawah bimbingan orangtua. Ketika satu membaca, yang lain menyemaknya. Jika anak salah membaca, yang lain boleh membetulkan. Dengan cara itu, rumah akan selalu dipenuhi dengan bacaan al-Quran sehingga berkah.

  • 6. Melanjutkan semangat syiar Ramadhan dengan berdakwah.
Ramadhan sinonim dengan ketakwaan. Ketakwaan bermakna ketaatan kepada ketentuan-ketentuan Allah dalam segala aspek. Inti dari takwa sejatinya adalah kesediaan seorang Muslim untuk tunduk dan patuh pada hukum Allah; meninggalkan yang dilarang dan melakukan yang diperintahkan. Selama bulan Ramadhan secara ruhiah kita telah dilatih untuk meningkatkan ketundukan atau ketaatan itu. Lihat saja, pada bulan biasa kita boleh makan dan minum pada siang hari. Namun, pada bulan Ramadhan semua itu dilarang dan ternyata bisa dilakukan. Artinya, dengan kemahuan yang besar, sesungguhnya melaksanakan hukum Allah atau syariah Islam itu tidak sulit. Jika puasa Ramadhan dihayati benar, selepas bulan Ramadhan setiap Muslim memang mestinya menjadi lebih bertakwa. Artinya, lebih gigih melaksanakan syariah Islam, melakukan semua kewajiban dan meninggalkan semua larangan. Nah, semangat yang berakar pada ketakwaan kepada Allah Swt. seperti inilah yang harus terus dijaga sehingga setiap Muslim tidak akan rela melihat kemaksiatan di tengah-tengah masyarakat dengan melakukan dakwah untuk kemuliaan Islam.

Wednesday, August 27, 2008

PERANAN SUAMI ISTERI DALAM TANGGUNGJAWAB DAKWAH

Islam mewajibkan setiap Muslim, lelaki mahupun perempuan, untuk menjadikan akidah Islam sebagai landasan kehidupan, termasuk dalam kehidupan rumah tangga. Menjadikan akidah Islam sebagai asas rumah tangga bererti meletakkan akidah sebagai penentu tujuan hidup dalam berumah tangga. Akidah Islam menetapkan bahwa tujuan hidup setiap manusia adalah menggapai redha Allah Swt. melalui ketaatan, ketundukan, dan kepatuhan kepada-Nya (QS adz-Dzariyat [51]: 56).
Berdasarkan hal ini, maka orang yang berpegang teguh pada akidah Islam akan senantiasa terikat dengan aturan-aturan Islam, termasuk dalam membangun kehidupan rumah tangga; membina dan menjalaninya. Motivasi dalam berkeluarga adalah semata-mata berharap mendapat redha-Nya. Keberhasilan material bukan hal yang utama. Setiap perintah Allah akan dilaksanakan sekalipun berat, penuh rintangan dan halangan, serta tidak terbayang keuntungan materialnya. Sebaliknya, semua yang dilarang-Nya akan senantiasa dihindari walaupun menarik hati, menyenangkan, dan menjanjikan kesenangan duniawi.
Salah satu perintah Allah Swt. kepada suami dan isteri adalah dakwah. Perhatikanlah firman Allah Swt. berikut:
]وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ[
Orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka adalah penolong bagi sebagian yang lain. Mereka melakukan amar makruf nahi mungkar. (QS at-Taubah [9]: 71).
Dalam ayat ini Allah Swt. menyatakan bahawa berdakwah merupakan aktiviti yang menyatu dengan keimanan seseorang, baik laki-laki mahupun wanita. Allah Swt. juga berfirman:
]وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ[
Hendaklah ada di antara kalian segolongan umat yang menyerukan kebajikan (Islam) dan melakukan amar makruf nahi mungkar; merekalah orang-orang yang beruntung. (QS Ali Imran [3]: 104).
Ayat ini mengisyaratkan bahwa dakwah bukanlah tanggung jawab seseorang saja, tetapi harus dilakukan secara berjamaah; harus ada sekelompok orang beranggotakan lelaki mahupun perempuan yang mampu menegakkan tujuan dakwah.
Jadi jelas, bahwa dakwah memang wajib dilakukan oleh setiap muslim lelali mahupun wanita, suami mahupun isteri. Sekarang, setidaknya separuh jumlah penduduk dunia adalah wanita. Padahal pihak yang layak dan tepat berdakwah di kalangan wanita adalah kaum wanita; ibu dan bakal ibu. Apalagi kondisi wanita sekarang telah dijadikan sasaran yang empuk untuk meruntuhkan suatu bangsa.
Dengan demikian, suami dan isteri sama-sama meyakini bahwa dakwah merupakan kewajiban mereka. Suami tidak akan menghalang-halangi isterinya berdakwah. Sebab, menghalangi isteri berdakwah bererti menghalanginya menunaikan kewajiban. Hal ini sama saja dengan menjerumuskannya ke dalam dosa. Sebaliknya, isteri juga akan meredhai suaminya berdakwah. Suatu kali suaminya kendur dalam dakwah, bersegeralah ia menyemangatinya. Isteri bangga memiliki suami sebagai pengembang dakwah, suami pun bangga memiliki isteri pengemban dakwah. “Keluarga kami adalah keluarga pengemban dakwah,” begitu jiwanya berkata. Inilah yang dinamakan kebahagiaan sejati.
Mengatasi Permasalahan Keluarga
Hidup berumah tangga bukanlah jalan pintas yang tanpa hambatan. Ujian, cubaan, dan hambatan akan datang silih berganti. Hal ini penting selalu disedari oleh setiap pasangan suami-isteri.
Sepasang suami-isteri akan ingat bahwa ketika mereka menikah berarti dia telah menjawab satu pertanyaan penting dalam hidupnya, “Dengan siapa Anda akan berjuang bersama mengharungi kehidupan demi mencapai redha Allah dan masuk surga bersama-sama?” Dengan mengingat hal ini maka suami dan isteri adalah sahabat satu sama lain. Secara îmâni, suami-isteri bukan sekadar bertujuan mencapai kebahagiaan seksual atau status sosial tinggi, melainkan masuk syurga bersama-sama. (Lihat: QS az-Zukhruf [43]: 70-71). Rumah tangga yang dibentuknya bukan sebarang rumah tangga, melainkan rumah tangga yang akan dibawa ke syurga. Inilah perkara yang senantiasa diingatnya ketika menghadapi persoalan. Karenanya, ketika terjadi goncangan rumah tangga, mereka saling berpegangan, bukan justru saling berlepas tangan. Penyelesaian dan prinsip dalam menyelesaikan persoalan pun senantiasa disandarkan pada akidah dan syariat Islam.
Di antara persoalan yang muncul dalam rumah tangga adalah:
1.Ketempangan pemahaman Islam antara suami-isteri. Adanya jurang pemahaman sepasang suami-isteri dapat menghadapi kegoncangan dalam rumah tangga. Dakwah pun akan terganggu. Persoalan ini perlu diselesaikan dengan cara menyamakan persepsi. Caranya adalah berdialog; bukan dialog seperti penguasa dengan rakyat, tetapi dialog antara dua sahabat yang dilandasi cinta dan kasih sayang. Jika dialog terasa sulit, maka suami akan meminta dan mendorong isterinya mengikuti proses pembinaan. Hal yang sama dilakukan juga oleh isteri kepada suaminya. Rasulullah saw. sering berdialog dengan isteri-isterinya.
2.Beban hidup keluarga. Dalam keadaan di mana kenaikan harga barang begitu dirasai oleh semua peringkat masyarakat dan tak terkecuali keluarga pengembang dakwah. Saat menghadapi persoalan ini keluarga Muslim akan menghadapinya dengan penuh kesabaran. Mereka yakin, Allah sajalah Maha Pemberi rezeki; Dialah yang meluaskan rezeki bagi siapa saja yang Dia kehendaki; Dia pula yang menyempitkan rezeki atas siapa saja yang Dia kehendaki. Keluarga Muslim memandang kaya atau miskin hanyalah cubaan dari Allah, Zat Yang Maha Gagah. Hal ini justru mendorong mereka untuk semakin taat kepada Allah Swt. (Lihat: QS al-A‘raf [7]:168). Suami akan terus berusaha mencari nafkah. Isteri pun tidak banyak menuntut.
Janganlah mengira Rasulullah hidup penuh kelonggaran. Sudah dimaklumi, Rasulullah saw. hidup dalam kefakiran. Nabi kekasih Allah tersebut dan keluarganya sering tidak kenyang makan selama tiga hari berturut-turut. Hal ini beliau alami hingga pulang ke rahmatullah (HR al-Bukhari dan Muslim). Namun, beliau dan isteri-isterinya tetap teguh dalam dakwah Islam.
3.Masalah prioriti amal suami-isteri. Kadangkala suami memberi keutamaan agar isterinya mengasuh anak yang sakit, misalnya; sementara isterinya lebih mengutamakan menghubungi tokoh. Perselisihan pun terjadi. Sebenarnya, penentuan prioriti (al-awlawiyât) harus disandarkan kepada hukum syariah. Oleh sebab itu, suami dan isteri penting memahami kedudukan masing-masing berdasarkan syariah. Suami wajib memperlakukan isteri dengan baik (ma‘rûf), memberi nafkah, mendidik isteri, menjaga kehormatan isteri dan keluarga. Isteri berkewajiban taat kepada suami, menjaga amanat sebagai umm[un] wa rabbah al-bayt, menjaga kehormatan dan harta suami, meminta izin kelaur dari suami. Sementara itu, kewajiban bersamanya adalah menjaga iman dan takwa; menjaga agar senantiasa taat kepada Allah Swt. menghindari maksiat, dan saling mengingatkan. Disarankan, semua kewajiban dikompromikan antara suami dan isteri. Jika pada suatu keadaan tertentu terjadi pertentanagan antara kepentingan antara peranan sebagai umm[un] wa rabbah al-bayt dan tugas dakwah, sedangkan pemaduan keduanya tidak dapat dilakukan, maka secara syar‘i prioriti yang harus dilakukan adalah kedudukan sebagai umm[un] wa rabbah al-bayt.
Prinsip Dakwah Sinergi
Ada lagi persoalan lain yang kadangkala muncul. Namun, bagi setiap persoalan yang muncul, inti pemecahan masalahnya adalah:
1.Mengetahui hak dan kewajiban masing-masing serta hak dan kewajiban bersama, lalu berupaya mengkompromikannya. Jika tidak boleh juga, perlu kembali pada awlawiyât berdasarkan hukum syariah.
2.Membangun komunikasi dan saling pengertian. Rasulullah saw. senantiasa berkomunikasi dengan Siti Khadijah ra. Beliau bersama isterinya berupaya bersama membincangkan persoalan dakwah. Bahkan, beliau menyempatkan berkomunikasi dan bersenda-gurau dengan isteri-isterinya setiap sehabis isya. Setelah itu, barulah beliau menginap di tempat isteri yang mendapat giliran. Nabi saw. mencontohkan bahwa komunikasi merupakan persoalan vital dalam rumah tangga. Tentu, saat komunikasi bukan melulu persoalan yang berat-berat, melainkan juga terkait dengan persoalan ringan seperti makanan yang enak, foto keluarga, dll.
3.Saling mendukung sebagai pasukan dakwah terkecil. Dukungan orang-orang terdekat—suami dan isteri, anak-anak, orangtua, dan orang-orang yang berada di sekitarnya—secara langsung atau tidak langsung akan berpengaruh terhadap kesuksesan pasukan dakwah keluarga. Beban rumah tangga, nafkah, dan dakwah jelas sangat berat. Akan lebih berat lagi jika suami/isteri atau keluarga tidak memahami kewajiban ini. Sebaliknya, semua tugas akan terasa ringan dan menyenangkan, rasa lelah segera hilang jika suami/isteri dan keluarga memahami aktivitasnya; mendukung, apalagi turut membantu. Suami dan isteri sama-sama memahami bahwa aktiviti tersebut bukan didasari oleh keinginan untuk aktualisasi diri, karier, ataupun untuk persaingan antara suami-isteri. Keduanya akan saling menolong dalam beribadah kepada Allah dan berlumba dalam kebaikan. Dengan begitu, akan tercipta sebuah keluarga yang harmoni, sakinah, mawaddah wa rahmah. Bagi Muslimah shalihah, seberat apa pun beban yang harus ditunaikan tidak bererti apa-apa jika dukungan dan redha suami senantiasa menyertainya. Begitu juga, seorang suami soleh akan tetap tersenyum bahagia jika isterinya solehah dan menopang dakwahnya. Di sinilah peranan penting suami-isteri saling mendukung dalam menunaikan kewajiban dakwah dari Allah, Zat Yang Mahakuasa. Perlu suami-suami menjadi seperti Nabi saw. dan para sahabat; perlu isteri-isteri menjadi laksana ummul mukminin dan shahabiyât yang secara harmoni berjuang bersama memperjuangkan Islam.
4.Pentingnya ukhuwah sesama pengembang dakwah. Dakwah tidak mungkin dilakukan secara individu. Dakwah berjamaah adalah suatu keniscayaan. Ukhuwah di antara pengembang dakwah juga terus dipelihara selama mereka berinteraksi. Dengan begitu, satu sama lain akan saling mengenal, saling memahami, dan saling membantu. Masing-masing memahami karakter, kemampuan, kondisi, serta apa yang diperlukan. Tidak akan ada beban yang diberikan di luar kemampuan seseorang atau membuat dia lalai terhadap kewajibannya yang lain. Kalaupun ada kendala pada individu pengembang dakwah bukan langsung disalahkan, tetapi akan diteliti akar permasalahannya dan dicari solusi pemecahannya. Sebuah jamaah dakwah ibarat roda yang berputar. Masing-masing bagian menempati posisi dan fungsi masing-masing; kadang berada di bawah kemudian naik ke atas. Demikian halnya dengan seorang pengembang dakwah. Ketika dia sedang diliputi kendala, keadaannya ibarat bagian bawah roda. Saudaranya sedia dan cepat bertindak untuk membantunya. Jika ini terjadi maka suatu keluarga pengembang dakwah yang tengah mendapatkan kesulitan diringankan oleh saudaranya dari keluarga lain.
Profil Keluarga
Keluarga Nabi saw. adalah keluarga sakinah penegak syariah. Beliau sebagai seorang suami sering bergurau, berbuat makruf, dan lembut terhadap isterinya. Beliaupun sekaligus rasul pejuang Islam. Salah seorang isterinya, Siti Khadijah, adalah penopang utama dakwah Nabi saw., beriman pertama kali, membiayai hampir seluruh dakwahnya. Sekalipun demikian, Siti Khadijah tetap rendah hati, berakhlak mulia, dan menjaga kesuciannya. Ia juga menjadi ibu yang baik bagi anak-anaknya serta tetap menghormati dan menaati Rasulullah saw. sebagai suaminya. Dari ibu mulia inilah lahir perempuan mulia Fatimah az-Zahra. Hidup beliau dilalui dengan penuh kesetiaan dan kebajikan. Sebagaimana yang seharusnya dilakukan oleh seorang isteri kepada suaminya. Ia mendampingi Rasulullah saw. dalam suka dan duka perjuangan (Lihat: Akhmad Khalil Jam’ah, Wanita Yang Dijamin Syurga, Darul Falah, Jakarta, 2002, hlm. 16).
Siti Khadijahlah yang senantiasa menenangkan ketakutan Nabi saw. Terserlahlah bahawa keluarga beliau adalah keluarga sakinah yang pejuang, atau keluarga pejuang yang sakinah.
Profil seperti itu terjadi juga pada keluarga Yasir bin Amir bin Malik. Dia bersama Sumayyah binti Khubath ra., dan anaknya Amar bin Yasir, termasuk tujuh orang pertama yang masuk Islam. Pasangan suami-isteri tersebut berhasil mendidik anaknya menjadi soleh. Sang suami amat sayang kepada isteri dan anaknya. Semasa hidupnya pun Sumayyah dikenal sebagai seorang isteri yang baik, berbakti, dan mengabdi kepada suaminya. Ia bersama suaminya dalam suka dan duka. Mereka bukan hanya sebagai keluarga sakinah, melainkan juga mempertaruhkan nyawanya demi melawan musuh-musuh Islam. Jelas, mereka adalah keluarga sakinah penegak Islam.
Contoh lain adalah keluarga Abu Thalhah. Beliau adalah seorang pejuang dan sahabat dekat Nabi saw. Isterinya bernama Ummu Sulaym binti Milhan ra. Dia adalah seorang perempuan Anshar. Ia termasuk shahabiyah yang utama. Ilmu, pemahaman, keberanian, kemurahan hati, kebersihan, dan keikhlasan bagi Allah dan Rasul terkumpul dalam dirinya. Sebagai ayah dan ibu mereka berhasil. Buktinya, Anas bin Malik yang banyak meriwayatkan hadis itu adalah anak mereka. Hubungan suami-istri pun mesra. Ummu Sulaym senantiasa menyediakan makanan dan minuman, berdandan cantik, bercakap dan bersenda gurau. Sungguh, keluarga mereka bukan hanya pembela Nabi saw., melainkan juga sakinah.
Banyak lagi contoh-contoh profil keluarga sahabat. Intinya, mereka memadukan peranan ayah/ibu dan anak, peranan suami-istri, dan keluarga sakinah, mawaddah wa rahmah, dengan perjuangan Islam. Jika kita hendak menjadi keluarga seperti mereka maka kita mesti menjadi ‘keluarga sakinah penegak syariah dan Khilafah’.

Monday, August 25, 2008

PROGRAM PEMANTAPAN GURU


Lihatlah hasil kreativiti kami !!

18 ~ 20 Ogos 2008


Tika murid-murid tadika bercuti, waktu inilah pula cikgu-cikgu ana perlu menjalani kursus dalaman bagi memantapkan mereka dalam pengajaran dan pembelajaran. Program yang serupa juga telah dijalankan tahun lepas dan insyaallah akan dijalankan pada tahun-tahun akan datang dengan sebanyak boleh penambahbaikan, sekiranya ada.

Dalam program ini, para guru didedahkan dengan NPC (National Preschool Curriculum), 6 komponen dalam NPC, Thematic Mapping dan bengkel-bengkel seperti buat buku dan problem solving. Di samping itu, program yang memang tak boleh ditinggalkan dalam setiap kursus dalaman adalah teknik-teknik mengajar mental aritmetik (sempoa) dan programme reading.
Alhamdulillah, dengan program pemantapan 3 hari ini, nampak gayanya cikgu-cikgu senior dahpun semakin mantap dan yang junior tu, insyaallah akan mengikut jejak langkah mereka. "Hendak seribu daya, tak nak seribu dalih".

Dengan pengalaman mengadakan kursus sebegini, insyaalah kalau ada ibubapa @ pengusaha tadika yang berminat untuk belajar, boleh ana uruskan. Contact aje ana untuk perbincangan selanjutnya.


Friday, August 22, 2008

PERTANDINGAN MENTAL ARITMETIK 2008




17 OGOS 2008


Alhamdulillah, program ini telah berjalan dengan lancar dengan pembabitan murid-murid K1 (semua cawangan) dalam persembahan. Sementara pertandingan sempoa pula oleh murid-murid K1 (kelas bistari), K2 (kelas normal dan kelas bistari). Dan dalam program ini lebih kurang 250 orang murid dari semua cawangan mengambil bahagian. Pada masa program ini berlangsung lebih kurang 500 orang yang terdiri dan ibubapa dan keluarga terdekat datang untuk sama-sama memeriahkan lagi majlis ini.

Tujuan pertandingan ini dijalankan adalah untuk menunjukkan kebolehan dan kemampuan murid-murid mengira dengan menggunakan sempoa lebih-lebih lagi pada murid-murid K1 yang baru saja mempelajari subjek ini selama 2 bulan. Para peserta pertandingan bukan saja mampu mengira dengan tepat dan pantas tetapi dengan pertandingan yang seumpama ini dapat menyerlahkan keyakinan diri sejak dari peringkat awal lagi.

Ucapan terima kasih kepada tetamu yang dapat meluangkan masa hadir walaupun mungkin mempunyai agenda-agenda yang tersendiri, almaklumlah sajalah musim cuti sekolah, anak-anak yang memberikan kerjasama yang baik sepanjang perjalanan program ini dan juga khas untuk semua guru-guru yang bertungkus lumus menjayakan program ini dari awal hingga akhir.

Monday, August 18, 2008

LAWATAN KERJA JPN KELANTAN



Di antara gambar-gambar semasa lawatan kerja tempohari (Sila ke bahagian bawah untuk melihat gambar-gambar lain)

13 OGOS 2008 (Rabu)

Tadika Pintar Bistari cawangan Taman Mawar menerima tetamu jauh iaitu rombongan dari Jabatan Pendidikan Negeri Kelantan bersama-sama dengan pengusaha-pengusaha tadika di negeri Kelantan. Rombongan ini diketuai oleh Ketua Sektor Unit Pendidikan Swasta, JPNK iaitu Encik Nasrudin Talib, dibantu oleh setiausaha kerja Pn. Wan Rubiah W. Mohd. Amin dan lebih kurang 30 ahli rombongan yang lain. Sementara wakil dari JPN Johor ialah Cik Norbiha Buang, Encik Azizan dan beberapa orang pegawai yang lain.

Ahli rombongan disambut dengan persembahan tarian 70an dari murid-murid K1 (5 tahun) Kemudian rombongan ini diberi taklimat tentang operasi tadika, aktiviti-aktiviti yang dijalankan, pengajaran dan pembelajaran (P & P) yang diterapkan beserta demonstrasi sempoa oleh murid-murid 6 Bistari. Kemudian mereka diberi peluang untuk meninjau ke kelas-kelas yang sedang berlangsung sebelum pertukaran sesi pagi dan sesi petang. Dalam masa yang sama ahli rombongan dan Guru Besar setiap cawangan bertukar-tukar maklumat dan pengalaman masing-masing. Sebagai tuan rumah, tidak sah rasanya andai tetamu tidak diraikan. Dengan ini rombongan telah dijamu dengan Nasi Beriyani sebagai pengalas perut sebelum mereka meneruskan lawatan ke tempat lain pula. Selesai makan, taklimat penutup diberikan oleh Pengerusi dan sebelum bersurai, sedikit cenderahati yang tidak seberapanya diagih-agihkan kepada ahli rombongan sebagai tanda kenang-kenangan dari pihak ana.

Sesungguhnya ana merasa amat berbesar hati menerima kunjungan ini dan sebagai balasan dari pantun yang diberikan oleh Kak Wan tempohari, inilah serangkap pantun dari ana.
Dari Kelantan ke Pasir Gudang,
Satu bas penuh muatan,
Terima kasih datang bertandang,
Insyaallah ukhwah akan berkekalan.
Sehari sebelum itu, Pengerusi tadika diberi peluang untuk sama-sama berkongsi pengalaman dalam satu sesi ceramah di Hotel Goodhope, Skudai. Mudah-mudahan dengan perkongsian pengalaman dan ilmu ini dapat memberikan suntikan baru kepada pengusaha tadika yang menyertai rombongan ini untuk membuat penambahbaikan kepada tadika masing-masing suatu hari kelak. Insyaalllah.

Friday, August 8, 2008

Cerita Putera Katak















5 Julai 2008 (Sabtu)

Setelah berpenat lelah menjayakan program, lebih kurang 2.45 petang, rombongan ana bertolak ke A Famosa Resort, Melaka. Kami tiba hampir 6.30 petang. Agak lewat jugak kerana perjalanan menggunakan bas sekolah buruk (Jangan marah Encik Naszri ya!!)
3 Villa disewakan. 1 villa untuk yang dah berkahwin, 2 untuk yang bujang (ana tak termasuk dalam kategori tersebut). Masing-masing tak sabar untuk berendam dlam swimming pool, tapi sabar dulu ya!!.
Seusai solat maghrib, kami bersiap-siap untuk keluar makan malam. Dalam perjalanan keluar, ada 2 ekor gajah besar di tepi jalan. Bukannya gajah naik minyak, tetapi gajah untuk pertunjukan di Cowboy Town.
Tak jauh dari resort tu, dah masuk bandar Tampin, Negeri Sembilan. Kami makan malam di tempat yang ada karaoke. Masyaallah, ada yang berkaraoke dengan suara yang bak buluh perindu, ada yang macam katak panggil hujan. Rasa makanan, bolehlaaaa, sebab perut dah lapar.
Balik ke villa, apalagi, masing-masing tunjukkan bakat berendam (bukan berenang) sambil menyelam. Dan ada cerita menarik kat kolam villa 3, cerita tentang Putera Katak. Nanti ana ceritakan kemudian.

PERTANDINGAN UJIMINDA & BERCERITA 2008


















Sewaktu ana menulis blog ini, laptop satu lagi sedang melakukan kerja-kerja "capturing" video UJIMINDA DAN BERCERITA 2008.
Alhamdulillah program ini berjalan dengan baik dan lancar sekali. Ribuan terima kasih kepada warga kerja Tadika Pintar Bistari yang telah sama-sama bekerja keras menjayakan aktiviti tahunan ini. Cuma dari segi kehadiran ibubapa yang "kurang memberangsangkan". Yang hadir hanyalah ibubapa bagi anak-anak yang terlibat dengan program ini saja. Kalau ada ibubapa yang anaknya tak terlibat tetapi hadir dalam program ini, ana ucapkan terima kasih daun keladi, program akan datang, hadirlah lagi!!!
Juga terimakasih kepada pihak pentadbiran Sek. Men. Pasir Gudang (2) yang membenarkan kami menyewa Dewan Mawar Gemilang bagi program ini.

Seperti yang dirancangkan, sebaik habis program, bonus yang tak seberapa itu diagih-agihkan kepada semua. Bagi yang menyertai trip ke A Famosa Resort, Melaka, amboi-amboi, tak sabar semuanya!!!
Bagi yang tinggal tu, bye-bye, see you on Tuesday!!



LAMA MENYEPI

Begitu cepat masa berlalu. Dah hampir sebulan ana tidak menulis di blog ini. Rasanya banyak yang hendak diceritakan. Aktiviti tadika, pengalaman di negara Yaman dan rutin-rutin seharian yang tak habis-habis. Allah menganugerahkan manusia dengan 24 jam sehari semalam. Kenapa ada yang tak cukup 24 jam itu dan minta ditambahkan beberapa jam lagi sehari semalam. Tak mungkin kan!!!
24 jam itu bagaimana kita habiskan? Berapa jam yang kita habiskan dengan menuntut ilmu? Berapa jam yang kita telah habiskan dengan dakwah? (Menuntut ilmu dan berdakwah itu adalah kewajipan setiap muslim lelaki dan wanita)
Dengan kehidupan yang memburu material semata, menuntut ilmu dan dakwah ditinggalkan walhal itulah nanti yang akan ditanya oleh Allah di akhirat nanti. Apa ya yang akan kita jawab di depan Allah nanti kalau itu yang tidak kita cari dan bekalkan mulai dari sekarang? Semoga kita sama-sama berusaha mencari redha Allah dengan bersegera melaksanakan apa yang diperintahkan Allah kepada kita semua sementara kehidupan yang sementara ini dipinjamkan kepada kita.
Allah swt berfirman:
"Dan bersegeralah kamu kepada keampunan dari Tuhanmu dan kepada syurga yang luas seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa" (TQS Al-Imran 3:133)
Firmannya lagi:
Sesungguhnya jawapan orang-orang mukmin bila mereka dipanggil kepada Allah dan RasulNya agar rasul menghukum(mengadili) diantara mereka, ialah ucapan: "Kami mendengar dan kami patuh." Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung. Dan barangsiapa yang taat kepada Allah dan RasulNya dan takut kepada Allah dan bertakwa kepadaNya, maka mereka adalah orang-orang yang mendapat kemenangan. (TQS An-Nur 4:51 ~ 52)

"Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang beriman dan perempuan mukmin, apabila Allah dan RasulNya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan RasulNya, maka sungguh dia telah sesat, sesat yang nyata. (TQS Al-Ahzab 33:36)