Saturday, July 12, 2008
PELAJARAN DARI ISRA' MIKRAJ (SIRI 1)
Saat ini kita memasuki bulan Rejab, ada sebuah peristiwa besar dan agung dalam sejarah umat Islam, yakni Isra’ dan Mikraj. Apa pelajaran yang dapat diambil dari perjalanan Isra’ Mikraj ini?
Ada beberapa petunjuk yang dapat kita jadikan motivasi untuk lebih memahami hikmah dan bersungguh-sungguh dalam memaknai peristiwa agung ini, antara lain:
Pertama, penyucian hati.
Telah diriwayatkan, bahwa sebelum Nabi Muhammad saw. dibawa Malaikat Jibril, beliau dibaringkan, kemudian dibelah dadanya; hatinya dibersihkan dengan air zamzam. Apakah hati Rasulullah saw. kotor? Pernahkah Rasulullah saw. berbuat dosa? Apakah Rasulullah saw. punya penyakit dendam, hasad-dengki, iri hati atau berbagai penyakit hati lainnya? Tidak. Beliau adalah seorang hamba yang maksum (terjaga dari berbuat dosa). Lalu apa yang dimaksud dengan penyucian hati Rasulullah saw.?
Kita mengetahui, hati manusia awalnya putih bersih. Ia ibarat kertas putih tanpa noda sedikitpun. Namun, manusia, setiap kali melakukan kekhilafan, setiap kali pula hatinya ternoda hingga menjadikannya hitam pekat. Di sinilah pentingnya kita selalu menyucikan hati kerana sesungguhnya perjalanan menuju Ilahi hanya boleh dilakukan dengan jiwa dan hati kita yang suci, sebagaimana Rasulullah saw. pun disucikan hatinya sebelum perjalanan suci Isra’ dan Mijrak tersebut.
Kedua, memilih susu dan menolak khamar (arak)
Ketika ditawarkan dua pilihan minuman, Rasulullah saw. mengambil gelas berisikan susu; minuman halal dan penuh manfaat bagi kesihatan. Rasulullah saw. menolak khamar; minuman haram dan merosakkan akal fikiran. Sungguh tepat pilihan Rasullah saw., kerana pilihan ini adalah pilihan yang sesuai dengan fitrah. Inilah juga yang harus dilakukan oleh setiap Muslim; selalu memilih yang halal dan membuang yang haram.
Ketiga, arah perjalanan vertikal horizontal.
Dalam perjalanan horizontal ini, Rasulullah digambarkan bertolak dari Masjidil Haram ke Masjidil Al-Aqsa. Ertinya, bahwa dalam kita melangkahkan kaki di tengah perjalanan kita menuju tujuan akhir (hari akhirat) alangkah pentingnya diperhatikan langkah awal. Motivasi dasar dan niat kita dalam melakukan sesuatu harus kerana sujud (patuh) dalam rangka ketaatan kepada Allah. Pertautan niat dan tujuan kerana ketaatan menjadikan setiap langkah yang kita lakukan akan selalu harmonis dengan keduanya. Bagaimana mungkin seseorang melakukan amal kerana dan untuk Allah, namun dengan cara yang tidak diridhai oleh-Nya?
Keempat, imam solat berjamaah.
Ketika Rasulullah saw. memimpin solat berjamaah, yang makmumnya adalah para nabi, maka hal itu merupakan pengakuan kepemimpinan Beliau atas seluruh kaum yang ada. Kepemimpinan dalam solat berjamaah sesungguhnya membuktikan bahwa Rasulullah saw. adalah pemimpin seluruh umat manusia.
Kelima, kembali ke bumi dengan membawa perintah solat. Solat adalah tiang agama. Tanpa solat, runtuhlah agama kita.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment