Saturday, July 12, 2008

MAKNA HAKIKI ISRA' MIKRAJ (SIRI 2)
















Gambar yang ana telah rakamkan sewaktu perjalanan haji 2005/2006







Umat Islam selalu memperingati peristiwa Isra’ Mikraj setahun sekali, tepatnya setiap bulan Rejab. Sudah berulang-ulang diadakan peringatan Isra’ Mikraj, tak terhitung jumlahnya. Namun, peringatan ini kebanyakan hanya ritual dan rutintahunan semata-mata. Majoriti para penceramah yang diminta menyampaikan ceramah hikmah Isra’ Mikraj hanya mengurai sejarah dan keajaiban-keajaibannya serta ditokoktambah dengan cerita-cerita yang tidak jelas sumbernya. Akhirnya, yang terjadi setelah peringatan Isra’ Mikraj, boleh dikatakan tidak ada pengaruh dan perubahan sama sekali ke atas mentaliti umat Islam.
Menyikapi hal di atas, dan agar tidak terulang lagi, sudah saatnyalah umat Islam mengungkap makna hakiki Isra’ Mikraj yang selama ini jarang diungkap, difahami dan diambil hikmah yang terkandung di dalamnya oleh umat Islam.
Pertama: isyarat kepemimpinan Rasulullah saw., dalam Isra’ Mikraj terdapat suatu peristiwa yang memberikan isyarat adanya perubahan peta politik dan kepemimpinan, serta jenis dan sifat kepemimpinan Rasulullah saw. Kalau kita memperhatikan huraian sirah, ternyata Rasulullah saw. dalam peristiwa Isra’, Rasul tidak langsung dari Masjidil Haram di Makkah menuju Masjidil al-Aqsha di Baitul Maqdis al-Quds (Yerusalem), tetapi melewati Yatsrib (Madinah), Madyan Thursina di Mesir, Balthlehem. Dari paparan tersebut, dapat dilihat adanya isyarat kepemimpinan dan kekuasaan Rasulullah saw. dan umat Islam melampui daerah yang disinggahi Rasul dan itu terbukti, bahkan melebihi daerah tersebut.
Kedua, isyarat kepemimpinan yang sesuai dengan fitrah manusia. Hal ini boleh dilihat ketika Rasul ditawarkan oleh Jibril ketika sampai di Baitul Maqdis, yaitu dua gelas minuman yang berisi susu dan khamar. Rasul pun memilih susu. Ketika Rasulullah memilih susu, Jibril memberi komentar bahwa Rasul mendapat petunjuk untuk memilih yang sesuai dengan fitrahnya. Ini tidak lain menkhabarkan kepada kita bahwa agama Islam yang dibawa Rasulullah sesuai dengan fitrah manusia sepanjang masa.
Ketiga, isyarat kepemimpinan untuk seluruh umat manusia, hal ini boleh dipahami dari peristiwa ketika Rasulullah berada di Masjidil Al-Aqsa, atas kehendak Allah Swt., seluruh nabi mulai Adam a.s hingga Isa a.s dihidupkan. Beliau sempat berbicara dengan mereka. Di masjid ini Rasulullah menjadi imam shalat jamaah khusus dengan makmum para nabi (Adz Dzahabi, Sirah Nabawiyah, hlm.154). Rasul menjadi imam solat para nabi yang memimpin umat manusia dengan zaman yang berbeza-beza, suku yang berbeza-beza dan warna kulit yang berbeza-beza pula.
Oleh karena itu, melalui peringatan Isra’ Mikraj ini kita harus mengambil hikmah dan makna yang sesungguhnya yaitu sudah saatnyalah kita mengidam-idamkan dan memiliki kepemimpinan yang dicontohkan Nabi Muhammad saw. Sudah saatnyalah Islam memimpin dunia. Semoga segera terwujud. Insyaallah

No comments:

Post a Comment